Benarkah CIA Terlibat Dalam G30S?
1. Upaya Melengserkan Soekarno
Kedekatan Soekarno dengan kubu komunis, tak dipungkiri sudah menghadirkan kecemasan bagi Amerika serikat. Apalagi, kala itu, Amerika serikat sedang berebut efek menggunakan Uni Soviet pada perang dingin. Amerika serikat takut, bila Indonesia hingga jatuh ke tangan komunis.
oleh karena itu, Amerika serikat mulai merancang strategi buat melengserkan Soekarno serta memusnahkan PKI dan paham komunisme di Indonesia. Kekhawatiran AS terkait Soekarno yang lebih condong ke komunisme diungkap sang jurnalis dari Amerika, Tim Weiner, pada bukunya berjudul Legacy of Ashes: The History of the CIA.
Selanjutnya, AS disebut mengutus CIA buat menyingkirkan Soekarno.
CIA sudah mencoba berbagai operasi rahasia buat melengserkan Soekarno Sejak tahun 1950-an, mulai menggunakan membuat film porno yang dibintangi orang seperti sang proklamator itu hingga menyuplai senjata buat pemberontakan di Indonesia. Bukan hanya itu, Amerika pula dikabarkan sudah mencoba mendekati militer Indonesia. Adapun Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal (Letjen) Ahmad Yani disebut menjadi orang pada lingkaran militer Indonesia yang dapat dipergunakan oleh Amerika.
Kala itu, Duta besar Amerika serikat untuk Indonesia, Howard Jones, pula diklaim telah mengirim pesan telegram pada Menteri Luar Negeri AS dan menyebut bahwa Jenderal A.H. Nasution merupakan seorang antikomunis yg dapat dipercaya. Kedekatan sejumlah jenderal militer Indonesia dengan AS kemudian memunculkan isunya adanya Dewan Jenderal yg hendak menggulingkan Soekarno. Inilah latar belakang pecahnya Gerakan 30 September yang berakhir dengan kegagalan.
AS diklaim telah mengendus rencana G30S. karena, dalam pesen telegram kepada Menlu, Howard Jones pula mengatakan bahwa pemberontakan itu tak akan berhasil. Keterlibatan CIA dalam upaya pelengseran Soekarno serta pemberantasan PKI, baru diungkap oleh Duta besar Amerika serikat pengganti Howard Jones, yakni Marshall Green, dan agen CIA Edward Masters, sehabis 2 dekade kemudian.
2. Dukungan AS Untuk Soeharto
Kemunculan Soeharto yg tampil bak pahlawan pasca-peristiwa G30S pun disebut tidak luput dari dukungan CIA. Dukungan AS dalam penumpasan PKI di Indonesia terendus dari pertemuan rahasia antara Marshall Green dengan Soeharto, seseorang agen CIA bernama McAvoy, serta Adam Malik yang belum lama dipecat Soekarno dari jabatan Duta besar Indonesia buat Rusia.
Mereka diklaim membahas planning buat membebaskan Indonesia dari komunisme karena Soekarno dianggap terlalu lemah dalam menangani PKI. Marshall Green lalu memerintahkan agar 14 walkie yang ada pada Kedutaan besar Amerika serikat diserahkan kepada Soekarno Jika terjadi keadaan darurat. peralatan tersebut sekaligus menjadi alat sadap bagi Kedutaan besar Amerika serikat.
AS juga memberikan pasokan medis senilai 500.000 dolar AS yg bisa dijadikan uang tunai. donasi itu disebut menjadi dukungan tersembunyi AS untuk Soeharto pada termin awal.
Selain itu, AS menurunkan alat-alat komunikasi yang sangat maju menggunakan cuma-cuma buat militer Indonesia. Soal dukungan buat Soeharto, Marshall Green menuliskan optimismenya dalam pesan telegram kepada pemerintah Alaihi Salam, yg berbunyi mirip berikut adalah:
"Keinginan kami untuk membantunya dengan cara ini, menurut saya akan menggambarkan dukungan kami atas perannya dalam upaya tentara yang anti-PKI, dan meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara dia dan tentara. Kemungkinan bahwa dukungan kami akan terdeteksi atau terungkap sangat minimal."
Sebelum pecahnya G30S, Kolonel Latief yg menjadi salah satu komandan G30S, pernah menyampaikan pada Mayjen Soeharto terkait kecemasan soal info adanya Dewan Jenderal yang hendak menggulingkan Presiden Soekarno. tetapi, Soeharto yang kala itu menjabat menjadi Panglima Komando Strategis Angkatan Darat, dianggap mengabaikan peringatan tersebut. Latief juga mengatakan, Pangdam Jaya Mayjen Umar Wirahadikusumah dan Pangdam Brawijaya Mayjen Jenderal Basoeki Rachmat, juga menentukan bergeming saat mendengar laporan terkait Dewan Jenderal.
Alhasil, pecahlah G30S yang keliru satunya dikomandani Letnan Kolonel (Inf) untung Samsuri. menjadi perwira Tjakrabirawa, pasukan pengawal Soekarno, laba memprakarsai gerakan buat mencegah penggulingan sang presiden. Mereka lalu berencana menculik tujuh orang jenderal yang diduga terlibat pada Dewan Jenderal. Sedianya, ketujuh jenderal itu hendak dipanggil buat dihadapkan pada Soekarno. tetapi, entah kenapa perintah penjemputan ke 7 jenderal itu berubah menjadi "tangkap hidup atau mati". Jalannya Gerakan 30 September pun tak sinkron menggunakan yg mereka rencanakan. pada sidang di Mahkamah Militer, Kolonel Latief menyampaikan pembelaan terhadap aksi tadi.
"Jadi siapa yg sebenarnya telah mengakibatkan terbunuhnya para jenderal tersebut? saya yang sudah memberi laporan lebih dulu kepada Jenderal Soeharto? Atau justru Jenderal Soeharto, yg sudah mendapatkan laporan tetapi tidak berbuat apa-apa?" istilah Latief mirip dicatat sang Julis Pour dalam buku G30S, fakta atau Rekayasa.
"Nyatanya, sama sekali tidak pernah ada langkah-langkah buat menambah penjagaan. kebalikannya, sehabis peristiwa G30S meletus, selain menghantam G30S serta jua membantai ribuan masyarakat yg sama sekali tidak tahu apa-apa, mereka bertiga (Soeharto, Umar Wirahadikusumah, dan Basoeki Rachmat), kemudian malahan beserta-sama menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno," ujar Latief.
3. Pembantaian PKI
Tidak selesai pada Gerakan 30 September, CIA juga diduga menjadi aktor pada balik layar dalam pembantaian ratusan ribu orang yg dituding sebagai anggota atau simpatisan PKI di banyak sekali daerah Indonesia. setelah pecahnya G30S, Duta besar AS Marshall Green mengirim telegram ke negaranya yang berisi pesan "We did what we had to do...".
Soeharto kala itu segera menyimpulkan bahwa G30S didalangi oleh PKI. tidak lama sehabis itu, operasi penumpasan terhadap orang-orang PKI pun dilancarkan. Lantas apa peran Amerika serikat pada peristiwa kelam itu? Dubes Marshall Green menyatakan, AS memiliki lebih banyak isu soal PKI daripada pemerintah Indonesia.
Kedubes AS serta CIA kemudian disebut menyampaikan daftar tadi kepada pemerintah Indonesia. pada antaranya, terdapat data ribuan tentara yang terafiliasi menggunakan PKI. Orang-orang yg ada pada daftar tadi lantas dieksekusi tanpa melewati proses peradilan. Bukan hanya itu, AS pula menyampaikan jip serta senjata buat melancarkan rencana eksekusi terhadap tokoh-tokoh PKI.
Mereka juga memasang perangkat radio Collins KWM-2 yg waktu itu paling canggih di pasaran, demi membantu komando militer di Jakarta berkomunikasi dengan basisnya pada daerah-daerah.
Pembantaian massal terhadap orang-orang PKI pun meluas pada banyak sekali daerah. Ironisnya, banyak juga orang-orang yang bukan PKI atau hanya dituduh simpatisan partai tadi, turut menjadi korban pembantaian keji tersebut.
Komentar
Posting Komentar